Alhamdulillah, setelah perjuangan melawan kemalasan selama hampir 8 bulan, hari itu datang; hari wisuda. Tepat 4 bulan setelah sidang skripsi, saya memperolah gelar S. Sos (gak pake i-islam, meski kuliah di U-Islam-N, he2). Seneng akhirnya hari itu datang juga. Tapi sempet sedih karena kawan-kawan senasib sependeritaan satu angkatan tidak ada yang diwisuda hari itu. Padahal, dari kemarin-kemarin sudah janji mau wisuda berjamaah; ada yang sudah bab 3, ada yang sudah mau daftar sidang, bla bla. Tapi ya keinginan itu ternyata belum kesampaian. Ketidaksamapaian itu ternyata "diganti" dengan yang lain; wisuda saya ternyata berbarengan dengan wisuda orang-orang penting--tentu saja penting menurut saya. Orang penting pertama adalah dosen penguji saya. Dia juga diwisuda dengan gelar Dr. Kebayang gak tuh kita menyalami dosen kita di arena wisuda? He he. Orang penting kedua adalah Yusuf Mansyur. Semua orang tahu siapa tahu (terutama yang punya tipi). Huh, kebayang ramainya. Kuli tinta (utamanya dari kalangan infotainment) tumpah ruah di tempat wisuda. Lumayan kepala agak sakit--karena nengok ke belakang. Deretan bangku sang ustadz persis dua deret di belakang bangku saya. Katrok juga sih ya..tapi gitu-lah anak UIN ketemu artis dari kalangan sendiri. Kalau dari kalangan lain sih kayaknya enggak norak-norak bergembira gitu.
Btw, prosesi wisuda selesai berarti prosesi baru harus segera dimulai; ngurus ijazah. Waduh sekarang (sudah 3 bulan) baru inget lagi. Itupun karena sering diingetin..(paraaaah). Sudah mau ngurus ijazah minggu lalu tapi dilalah-nya kok ada halangan terus. Jadi ya tambah luama ini. Tambah mualesnya..
Ya, Rabb, jauhkan hamba-Mu ini dari kemalasan..Amin ya Mujibas Sailin..